Rabu, 23 Maret 2016

Income and Capital Measurement System



1.      Laba ( Income )

      Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang, tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut. Oleh karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda tentang konsep laba yaitu sebagai berikut :

Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. (Belkaoui : 1993)

Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. (Commite On Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)

Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. (Stice, Skousen : 2009)

Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih. (Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)

2.      Karakteristik Laba

      Dari berbagai definisi laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual memiliki karakteristik umum sebagai berikut :
1) Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas ,

2) Perubahan terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran awal dan kemakmuran akhir,

3) Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan.

Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham, kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai dengan uang.


3.      Fungsi Perhitungan Income

      Perolehan laba perlu diketahui karena merupakan informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Laba yang secara umum dihitung berdasarkan selisih lebih pendapatan dan biaya diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :
1) Indikator efisiensi penggunaan modal atau biaya

2) Pengukur prestasi atau kinerja management

3) Alat motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan

4) Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak

5) Dasar penghitungan deviden

6) Dasar pembagian kompensasi dan bonus

7) Pedoman dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan

8) Dasar peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang

4.      Jenis-Jenis Income

       Laba yang menjadi dasar pengukuran laporan keuangan dibedakan menurut kelompok penerima, yaitu tergantung fungsi dan tujuan pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan penyajiannya untuk masing-masing kelompok penerima dibagi menjadi lima jenis.


1)      Value Added
2)      Enterrprise Net Income
3)      Net Income to Investors
4)      Net Income to Shareholders
5)      Net Income to Residual Shareholders

5.      Konsep Income dalam Aspek Tataran (Level) Semiotika

      Sebagai salah satu elemen akuntansi, laba digunakan sebagai informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, konsep laba harus dipahami sebagai suatu bahasa yang dapat dikomunikasikan maksudnya kepada para pengguna.
      Dalam tataran Semiotika (Semantik, Sintaktik, dan Pragmatik) konsep laba didefinisikan dan diinterpretasikan menjadi tiga teori yaitu :

·         Konsep Income dalam Tataran Semantik

      Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna yang harus dilekatkan oleh perekayasa laporan pada simbol atau elemen biaya sehingga laba bermanfat dan bermakna sebagai informasi. Pada tataran ini, teori menekankan makna yang harus dimiliki oleh konsep laba, seperti teori tentang aset, realitas, atau kegiatan perusahaan yang diinterpretasikan oleh laba. Laba harus dapat memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan mengenai berbagai teori, misalnya kenaikan jumlah asset dan efektivitas kegiatan produksi perusahaan. Berbagai implementasi laba dalam tataran semantik yaitu :
1)   Pengukur Kinerja
      Laba dapat diinterpretasikan sebagai pengukur efisiensi bila dihubungkan dengan tingkat investasi karena kedua hal tersebut secara konseptual merupakan suatu hubungan. Dalam pengukuran kinerja, laba dapat mempresentasikan efisiensi kinerja tersebut dengan menentukan ROI (Return on Investment) dan ROA (Return on Asset) sebagai dasar pengukuran efisiensi.
2)   Konfirmasi Harapan Investor
      Kondisi pasar yang efisien atau tidak efisien akan sangat mempengaruhi prediksi atau harapan investor mengenai laba yang akan diperoleh, sehingga keputusan  yang akan diambil dalam melakukan sebuah investasi juga akan terpengaruh. Hal ini berarti informasi mengenai laba dapat dijadikan sarana untuk pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan.
3)   Estimator Laba Ekonomik
      Laba ekonomik adalah laba dari kaca mata investor yang digunakan untuk menilai investasi. Penilaian laba ekonomik harus menggunakan informasi yang tersaji dalam pelaporan laba akuntansi, sehingga dharapkan laba akuntansi dapat digunakan sebagai estimasi laba ekonomik. Laporan keuangan diharapkan cukup menyediakan informasi laba dan aliran kas yang layak  serta menyerahkan analisis dan perhitungan laba kepada investor.
  
·         Konsep Income dalam Tataran Sintaktik

       Konsep laba dalam tataran sintaktik berkaitan dengan konsep laba yang harus diungkapkan dalam bentuk standar dan prosedur akuntansi yang mantap serta objektif, sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam suatu laporan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan bahwa makna laba secara sintaktik adalah selisih pengukuran dan perbandingan antara pendapatan dan biaya. Pengukuran dalam arti luas meliputi saat pengakuan dan prosedur pengakuan. Kriteria atau pendekatan dalam pengukuran laba dibagi menjadi tiga yaitu :
1)   Pendekatan Transaksi (Cash Basis)
      Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi dan kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan pengakuan laba juga akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan misalnya jumlah rupiah aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir periode serta perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara objektif.
2)   Pendekatan Kegiatan (Accrual Basis)
      Dalam pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan perusahaan dan bukan sebagai hasil suatu transaksi. Pendekatan ini paralel dengan konsep penghimpunan sebagai basis akrual pendapatan. Dengan konsep ini, laba dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan, dan pengumpulan kas) walaupun secara realisasi belum terjadi transaksi secara real. Pendekatan ini memiliki keunggulan dalam membantu management melakukan analisis internal seperti mengukur efisiensi dan profitabilitas setiap kegiatan operasional perusahaaan.
3)   Pendekatan Pertahanan Kapital
      Dalam konsep pertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen laba diukur atas dasar pendekatan aset-kewajiban. Dua pendekatan yang dibahas sebelumnya merupakan pendekatan pendapatan-biaya dalam pengukuran dan penilaian elemen neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran pendapatan dan biaya atas dasar konsep perbandingan. Laba berdasarkan pendekatan ini berarti perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda atau kenaikan kapital dalam suatu periode.

·         Konsep Income dalam Tataran Pragmatik
       Konsep laba dalam tataran pragmatik berkaitan dengan pengaruh informasi laba terhadap perubahan perilaku para pemakai laporan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan pada pembahasan reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Misalnya suatu kejadian pengumuman laba oleh perusahaan, dikatakan mengandung informasi jika pesan tersebut menyebabkan perubahan keyakinan para pengguna laporan dan menyebabkan adanya suatu tindakan tertentu. Apabila tindakan tersebut dapat diyakini sebagai reaksi atas kejadian pengumuman laba tersebut, maka informasi laba dapat dikatakan memiliki manfaat.
      Bila dikaitkan dengan teori positif-normatif, tataran sintaktik dan semantik pada umumnya bersifat normatif, sedangkan teori pragmatik akan lebih bersifat positif. Teori pragmatik juga sering diklasifikasikan sebagai akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) karena pokok bahasan pada umumnya adalah perilaku manusia dalam kaitannya dengan informasi. Pendekatan dalam proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau tindakan dapat bersifat deduktif maupun induktif.
1)   Pendekatan Penalaran Deduktif
     Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai kesimpulan (konklusi). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis penalaran dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang dianggap benar, baik, dan relevan dalam kaitannya dengan tujuan penyimpulan. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan suatu pernyataan akuntansi.

2)   Pendekatan Penalaran Induktif
      Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan yang khusus dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Penalaran induktif dalam akuntansi digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan atau teori terhdap gejala akuntansi tertentu.

6.      Modal (Capital )

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Istilah modal sering juga digunakan pula sebagai kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya dengan istilah capital. Karena ekuitas mengandung unsur pemilikan (ownership), untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut sebagai aset bersih (net assets) untuk menghindari kesan adanya pemilikan.
Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban.
7.      Konsep Capital Maintenance
Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan tetap masih ada (capital maintenance atau return on capital) atau biaya yang telah tertutupi (cost recovery) atau pengembalian modal (return of capital).
Konsep ini dapat dinyatakan baik dalam ukuran uang (unit of money) yang disebut financial capital atau dalam ukuran tenaga beli (general purchasing power) yang disebut physical capital.
            Maka konsep capital maintenance, menghasilkan beberapa konsep diantaranya :
1)         Pemeliharaan uang : modal financial yang diukur dalam satuan uang
Dalam konsep ini bahwa modal financial yang diinvestasikan kembali oleh pemilik telah terpelihara, sedangkan laba adalah sama dengan perubahan yang terjadi di dalam aktiva bersih yang disesuaikan dengan transksi – transaksi modal yang dinyatakan dalam dolar.
2)          Pemeliharaan modal daya beli umum : modal financial yang diukur dalam satuan daya beli yang sama
 Dalam konsep ini mengandung arti bahwa daya beli dari modal financial yang diinvestasikan kembali oleh pemilik telah terpelihara., sedangkan laba adalah sama dengan perubahan yang terjadi di dalam aktiva bersih yang disesuaikan untuk transaksi – transaksi modal yang dinyatakan dalam satuan daya beli yang sama, uang.
3) Pemeliharaan kapasistas produktif : modal fisik yang diukur dalam satuan uang
Konsep ini mengandung arti bahwa kapasitas produktif fisik dari perusahaan telah terpelihara, yang dimana dinyatakan sebagai aktiva fisik yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga keuntungan adalah jumlah yang dapat didistribusikan setelah membuat cukup pencadangan untuk mengganti penggunaan atau pemakaian aktiva fisik yang dimiliki oleh perusahaan.
4)         Pemeliharaan kapasitas produktif, daya beli umum modal fisik yang diukur dalam satuan daya beli yang sama.
Dalam konsep ini mengandung arti bahwa pemeliharaan kapasitas produktif fisik dari perusahaan yang diukur dalam satuan – satuan daya beli yang sama. Pemeliharaan kapasitas, daya beli umum adalah konep pemeliharaan modal yang digunakan dalam akuntansi nilai saat ini, yang disesuiakan dengan tingkat harga umum.  
Pengukuran Laba dan Modal Berdasarkan Akuntansi Konvensional dapat diukur dengan menggunakan :
A.    Historical Cost
Didasarkan pada transaksi yang sudah pasti dan kejadian yang sebenarnya bukan kejadian yang masih mungkin. Sehingga bisa menjadi bukti untuk pertanggungjawaban. Historical cost juga relavan dalam proses pengambilan keputusan ekonomis, selain itu juga perlu untuk menilai apakah kita puas atau tidak dengan apa yang dicapai, dan sejauh mana kita mencapai apa yang sudah ditargetkan.


            Tetapi Historical Cost juga mempunyai kelebihan dan kelemahan, diantaranya :
Keunggulan menggunakan Historical Cost :
1. hasil penilaiannya dapat di verifikasi
2. memberi data yang dapat di bandingkan
3. menyajikan data yang dapat berguna untuk pengambilan keputusan bagi manajemen dan investor, data yang di gunakan dapat memprediksi masa depan
Kelemahan menggunakan Historical Cost Menurut Muijono :
1. adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan di bebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah di tetapkan beberapa periode yang lalu pada saat terjadinya pencatatan biaya tersebut.
2. nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah jika di bandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang sekarang.
3. alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi, akan di bebankan terlalu kecil dan akan menagkibatkan laba di hitung terlalu besar.
4. laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi adanya stable monetary unit tdak lah riil apabila diukur dengan perkembangan daya beli uang yang berlangsung.
5. perusahaan tidak akan mempertahankan real capitalnya dan ada kecenderungan terjadinya canibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya.
6. menyalahi mathematical principle karena berbaai himpunan yang tidak sama dijumlah kan menjadi satu, dan.
7. disamping hal-hal diatas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan laporan akuntansi yang disusun berdasarkan asumsi adanya stable monetary unit
  

B.     Current Cost Accounting (entry value)
Akuntansi biaya sekarang (CCA) adalah sistem akuntansi dimana aset dinilai berdasarkan harga pasar saat membeli dan laba ditentukan oleh alokasi berdasarkan pada biaya saat ini.  Tujuan dari current cost :
• Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur dan lain-lain.
Evaluasi oleh kedua orang dalam dan luar menyediakan sarana untuk keberhasilan fungsi ekonomi karena, secara teoritis, maka sumber daya akan dialokasikan lebih efisien.
• Evaluasi oleh manajer terhadap keputusan masa lalu mereka dan untuk membuat keputusan terbaik untuk masa depan.
                  Current Cost Accounting (konsep akuntansi nilai sekarang ), dimana menyatakan nilai pos-pos laporan keuangan dengan harga perolehan sekarang yaitu dengan harga perolehan dari pos yang mempunyai umur dan kapsitas yang sama.
                  Current Value (nilai sekarang) dapat dihitung dengan 5 metode :
a.       Capitalization atau present Value Method yaiutu jumlah bersih dari arus kas (kas masuk – kas keluar) yang diharapkan diterima selama umur ekonominya yang diskontokan pada saat sekarang.
b.      Current Entry Price, yaitu jumlah kas atau aktiva lainnya yang dibutuhkan untuk mendapatkan aktiva yang sejenis atau yang sama.
c.       Current Exit Price (Net Realizable Value) adalah jumlah kas yang diterima atau utang yang dianggap lunas apabila aset tersebut dijual.
Kelebihan dari Current Cost Accounting
· Current cost menunjukan jumlah yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode berjalan untuk memperoleh aktiva atau jasa.
· Current cost memungkinkan identifikasi dari penyimpangan laba atau rugi,sehingga mencerminkan hasil-hasil keputusan manajmen asset dan dampak dari lingkungan atas perusahaan yang tidak tercermin dalam transaksi rutin.
· Current cost menggambarkan nilai aktiva pada perusahaan jika perusahaan melanjutkan untuk memperoleh aktiva tersebut dan jika nilainya belum ditambah aktiva tersebut.
· Penjumlahan aktiva yang dinyatakan dalam nilai sekarang lebih bearti dari pada penambahan biaya historis yang terjadi pada periode yang berbeda.
· Current cost memungkinkan pelaporan current operating profit,yang dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan.
Kelemahan dari Current Cost Accounting :
Pengguna current cost adalah subyektif karena sangat sulit menentukan harga perolehan sekarang yang pasti setiap saat. Masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan Akuntansi Nilai Sekarang adalah pengukuran dari nilai sekarang (current value) itu sendiri.
3)        Current selling price (exit value)
            Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan. Menurut Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable value) dari aset).  
            Exit Price Accounting merupakan sistem akuntansi yang menngunakan harga jual untuk mengukur posisi keuangan dan kinerja suatu badan usaha. Dua hal yang perlu diperhatikan:
·         Nilai aset non moneter disesuaikan dengan harga jual pada saat ini yang merupakan          bagian dari laba yang belum terealisasi
·         Perubahan daya beli diperhitungkan untuk mengukur modal finansial dan hasil       operasi
Manfaat Exit Price Accounting :
·         Memberikan informasi yang bermanfaat
·         Informasi yang relevan dan reliable
·         Mempunyai sifat additive
·         Dapat digunakan sebagai dasar alokasi
·         Sesuai dengan kenyataan
·         Objective
·         Dapat digunakan untuk mengukur risiko
·         Apabila harga jual berbeda jauh dengan harga beli, menunjukkan risiko yang tinggi

 Historical Cost Principle adalah prinsip yang menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva. utang, modal, dan biaya. Yang dimaksud dengan-harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetuiui oleh kedua belah pihak vang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi dalam transaksi di antara dua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh transaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal atau transaksi lainnya.
Sedangkan Fair Value adalah Berdasarkan FASB Concept Statement No.7 dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fair value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar dan tanggal pengukuran (Perdana, 2011).
IAI dalam buletin teknis no.3, Paragraf PA84 manyatakan bahwa: Dasar dari definisi fair value adalah asumsi bahwa entitas merupakan unit yang akan beroperasi selamanya tanpa ada intensi atau keinginan untuk melikuidasi, untuk membatasi secara material skala operasinya atau transaksi dengan persyaratan yang merugikan. Dengandemikian, fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.
Kelemahan historical cost menurut Muljono yang dikutip dari Kodrat (http://www.petra.ac.id/~puslit/journals) antara lain: 
1.      Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut, 
2.      Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai persahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang tepat,
3.       Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan laba dihitung terlalu besar, 
4.      Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung, 
5.      Perusahaan tidak akan memperahankan real-capital-nya dan ada kecenderungan terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya, 
6.      Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi satu dan 
7.      Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi adanya stable monetary unit.
Kelebihan Historical cost: 
1.      Historical cost relevan dalam membuat keputusan ekonomi 
2.      Historical cost berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan.
3.      Selama sejarah, laporan keuangan yang menggunakan historical costsangat berguna. 
4.      Pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan adalah kelebihan dari harga jual dari historical cost.
5.       Akuntan harus menjaga integritas datanya dari modifikasi internal 
6.      Seberapa bergunanya laporan keuangan tergantung dari current cost atauexit price 
7.      Perubahan dalam harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.Terjadi ketidakcukupan data dalam membenarkan penolakanhistorical cost accounting.


Kelemahan Fair Value
Menurut Tim Krumwiede (2008;38) terdapat berapa kritik penting terhadap fair value
1.       Meskipun bermaksud baik namun perkiraan manajemen tentang fair value bisa menjadi salah pada luas berbagai prediksi dan asumsi yang salah. 
2.      Oportunistik dan ketidakjujuran manajemen dapat mengambil keuntungan dari penilaian dan estimasi yang digunakan dalam proses manipulasi dan mengurutkan angka pada hasil dalam angka pendapatan yang diinginkan.
Kelebihan Fair Value
Penman (2007;33) mengemukakan argument mengenai kelebihan dari Fair Value:
1.      Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan biaya, maka melaporkanfair value 
2.      Dengan berlalunya waktu, harga historis jadinya tidak relevan di dalam menaksir posisi keuangan suatu entitas. Harga menyediakan informasi terbaru sekitar nilai dari aset-aset. 
3.      Akuntansi fair value melaporkan aset dan kewajiban dalam cara yang ekonomis akan memperhatikan mereka; fair value mencerminkan unsur pokok ekonomi yang benar. 
4.      Akuntansi fair value melaporkan economic income: seturut diterima secara luas defenisi Hicksian dari pendapatan sebagai perubahan dalam kekayaan, perubahan dalam fair value dari aset bersih pada neraca menghasilkan pendapatan. Akuntansi fair value adalah solusi kepada permasalahan akuntan dalam pengukuran pendapatan, dan lebih disukai dibanding ratusan peraturan yang mendasari pendapatan historical cost 
5.      Fair value adalah penukuran berbasis pasar yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor khusus untuk entitas tertentu; secara setimpal itu menunjukkan satu pengukuran yang tidak bisa yang konsisten dari periode ke periode dan lintas entitas.
1.      EXIT PRICE ACCOUNTING
Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan.Menurut Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable value) dari aset).
Terdapat beberapa kritik yang dilakukan menyangkut penggunaan nilai realisasi bersih.Terutama adalah nilai ini mempunyai kelemahan dalam segi objektivitas. Maksudnya penentuan harga jual atas aset yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dijual akan menimbulkan kesulitan karena dua penilai yang berbeda sangat mungkin membuat hasil yang berbeda dalam penerapan net realizable value. Selain itu entitas yang tidak memiliki pengetahuan pasar yang mencukupi tentang penjualan aset (karena memang bukan bidangnya) tentu akan kesulitan menentukan nilai yang lebih tepat.
Exit Price Accounting ini memiliki dua hal utama dari biaya historis konvensional:
·         Nilai aktiva non-moneter disesuaikan untuk mengukur perubahan harga jual pasar khusus untuk aktiva dan mereka dimasukkan dalam pendapatan sebagai keuntungan yang belum direalisasi.
·         Perubahan daya beli umum uang dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan dan hasil usaha.

        Aset di neraca disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga mereka mewakili 'nilai pasar wajar' kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam situasi 'fire-sale'.Laporan laba rugi merupakan laba (rugi) usaha serta keuntungan disesuaikan dengan inflasi dari aset induk. Oleh karena itu, laba diukur dengan konsep 'komprehensif' yang mengukur perubahan nyata total nilai semua elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntansi surplus bersih .Akuntansi surplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan keseimbangan neraca penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan.


A.      ARGUMEN PENDUKUNG UNTUK EXIT PRICE ACCOUNTING
1.   Menyediakan informasi yang berguna
Perusahaan bisnis pada masa lalu dimiliki langsung oleh orang atau mitra kelompok kecil. Sehinggga Akuntan memiliki kewajiban untuk menyiapkan Laporan Keuangan hanya untuk dua pihak, pemilk : yang mengelola bisnis dan tahu semua rinciannya, dan kreditur : yang tertarik terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar rekening atau pinjaman saat jatuh tempo.
Pada masa sekarang, dengan banyaknya jumlah pemegang saham pada suatu perusahaan menyebabkan Laporan keuangan perusahaan sebagai media informasi utama mengenai perusahaan tersebut, sehingga Laporan keuangan dari akuntan eksternal menjadi sangat penting. Menurut MacNeal, Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional yang didasari Historical Cost berpotensi menghasilkan laporan keuangan yang salah dan menyesatkan serta tidak berorientasi pada keputusan pemilik saham.
Solusi ideal untuk akuntan adalah melaporkan semua keuntungan dan kerugian seperti nilai seperti yang ditentukan dalam pasar yang kompetitif.Namun, tidak semua aset memiliki nilai pasar. Oleh karena itu MacNeal mengusulkan penerapan penilaian:
- Aset yang dapat dipasarkan pada harga pasar (exit price)
- Aset tidak tidak dapat dipasarkan yang dapat direproduksi pada biaya pengganti.
- Aset tidak dapat dipasarkan yang tidak dapat direproduksi pada biaya historis.
Keuntungan harus mencakup semua keuntungan maupun yang belum direalisasi dan kerugian sesuai dengan prinsip surplus bersih.

2.   Pengambilan Keputusan yang Adaptif
Chambers telah mengajukan pendapat secara komprehensif mengenai Exit Price Accounting dalam continuously contemporary accounting (CoCoA) dan dikembangkan menjadi Current Cash Equivalents (CCE).Chambers melihat bahwa perusahaan sebagai suatu entitas yang adaptif terlibat dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa.Dalam bisnisnya, sebuah perusahaan harus dapat ikut serta dalam transaksi pasar dan hal ini diungkap dalam Laporan Keuangan.Pada Lingkungan pasar, monetary asset dan liabilities dapat ditentukan dengan harga pasar, contohnya harga beli atau current cost tidak menampakkan kemampuan masuk kedalam pasar dengan cash untuk tujuan adaptasi. Sedangkan harga jual atau Current Cash Equivalent mmenunjukkan harga realisasi pada dasar likuidasi
Ketika perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan mengubah kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas, penurunan saldo kas perusahaan menyebabkan berkurangnya kebebasan untuk berinvestasi pada yang lain. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal ini mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih lanjut.Tetapi konsep perilaku adaptif melihat perusahaan selalu siap untuk tindakan membuang asset jika hal itu merupakan yang terbaik. Maka, perusahaan akan menjaga aktiva tidak lancar hanya apabila nilai sekarang dari arus kas masa depan bersih dari penggunaan aktiva lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan bersih dari investasi alternatif exit value aset tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan apakah kesempatan alternatif memberi keuntungan yang lebih besar jika aset non-lancar mereka jual atau diinvestasi.Ini adalah konsep opportunity cos, yang menggunakan harga jual dan bukan harga penggantian aset, sebagai basis pengukuran.
6.      Chamber mengakui bahwa setiap aset, pada prinsipnya merupakan sebuah nilai tukar (harga keluar) dan nilai pakai. Nilai pakai (nilai sekarang) pada dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan sekarang dan chambers berpendapat bahwa itu merupakan keyakinan tentang masa
7.      Sterling yakin bahwa ada suatu metode terbaik dalam menentukan keuntungan.Kriteria dalam menentukan metode penilaian mana yang terbaik adalah metode yang memberikan informasi lebih banyak dimana isi informasi tersebut harus relevan dan dapat dipercaya.
8.      Untuk menjadi relevan, informasi harus berguna dalam model keputusan pengguna laporan akuntansi.Model keputusan, pada gilirannya, memungkinkan pengguna untuk menentukan tindakan yang diambil dari beberapa alternatif.Jika tidak ada kendala, informasi yang dikumpulkan dapat relevan untuk setiap user atau untuk setiap masalah yang diberikan dan model keputusan. Namun, karena informasi sumber daya produksi langka dan mahal maka menjadi kendala untuk memilih model keputusan yang sesuai dengan menilai kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi dari program alternatif yang tersedia saat tindakan.
9.      Contohnya, seorang pedagang gandum pada pasar sempurna dan harga yang stabil.Dia mengartikan keuntungannya sebagai perbedaan antara modal pada dua hal diwaktu yang berbeda antara tambahan investasi atau distribusi ke pemilik. Untuk pedagang tersebut dapat dilihat 3 keputusan dan permasalahan
·         Melanjutkan keputusan untuk masuk dan tetap didalam pasar
·         Melanjutkan keputusan untuk menahan cash atau gandum
·         Mengevaluasi keputusan yang lalu
Sterling menjelaskan bahwa untuk kasus pedagang gandum metode penilaian yang paling tepat dan relevan adalah Present Selling Prices
Kesimpulan Sterling, Present market Method valuation mempunyai unsur:
·         Relevant ke semua
·         Dapat dipercaya
·         Bermakna empiris
·         Additive
·         Konsisten
·         Suatu penilain
·         Lebih informatif
3.      Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam mendukung akuntansi CCE.Produk utama dari sistem akuntansi laporan akuntansi - neraca dan laporan laba rugi.Jika kita memberikan nilai yang berbeda dengan karakteristik yang relatif kecil dari fakta dan menggunakan skala pengukuran relatif kecil, maka tidak ada arti tertentu atau komersial dapat dideduksi dari agregat - mereka tidak dapat secara logis ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, kita tidak bisa nilai kewajiban sebesar harga perolehan (surat hutang), beberapa aset sebesar biaya penggantian (persediaan), yang lain sebesar nilai kini (sewa aset) dan yang lain di setara kas (debitur) dan memperoleh neraca yang sesuai. Juga tidak bisa kita gunakan untuk mencampuradukan biaya historis pada tanggal yang berbeda dan makna berbeda pada perhitungan aktiva bersih.
Maka, penilaian dari semua elemen dalam neraca dan laporan laba rugi pada setara uang mereka (nilai keluar), menyediakan satu aturan yang dapat diterapkan secara konsisten terhadap perusahaan manapun.Sistem ini berkonsentrasi pada pengukuran kemampuan keuangan penting - uang dan setara uang.Itu membuat tidak menggunakan karakteristik fisik atau aset lainnya.
4. Alokasi
Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historical dan Current) sangat bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian asset dan penentuan keuntungan.Ia Berpendapat Exit Price Accounting dimasa mendatang mempunyai laporan keuangan bebas alokasi.Laporan laba-rugi tidak melaporkan perubahan dalam jumlah yang dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai keluar dari aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu periode tertentu.Laba menampilkan jumlah perubahan daya beli riil dari aktiva bersih, tidak termasuk investasi tambahan oleh dan distribusi kepada pemilik.
5. Kenyataan (Reality)
Exit price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata karena, setiap contoh mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya. Penyusutan tidak didefinisikan dengan cara konvensional, namun dalam arti ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak mungkin terjadi dalam beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item tersebut akan memiliki saldo nol. Selain itu, dipertukarkan adalah bagian dari definisi suatu aset sehingga goodwill tidak dapat dijual secara terpisah, tidak termasuk dari pertimbangan. Dengan dua kendala - dipertukarkan dan adanya harga jual - semua item pada laporan keuangan dapat dikuatkan dengan bukti nyata.
6. Obyektifitas        
Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif.Namun, beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif daripada kebanyakan orang percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya historis tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai konsensus di antara penilai.Komparatif didefinisikan sebagai sebuah konsensus dalam pengukuran. Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker menunjukkan bahwa untuk mengukur objektivitas dan komparatif, exit price mengungkapkan dispersi yang sedikit dari jumlah tercatat. Penyebab utama dari kurangnya objektivitas nilai tercatat adalah dispersi estimasi akuntansi di masa manfaat dan nilai sisa.
McKeown juga menerapkan model ruang untuk sebuah perusahaan kontruksi jalan berukuran sedang, dan menyimpulkan dengan analisa statistik bahwa metode yang digunakan untuk menentukan exit price adalah objektivitas lebih (diverifikasi) daripada metode berdasarkan Financial Accounting Standard. Dalam studi lain, McKoewn dibandingkan empat model (exit price, current replacement, Historical cost in specific level, Historical cost in general level)yang diusulkan dengan metode GAAP untuk objektivitas mereka (verifiability) dan menyimpulkan bahwa model CCE adalah yang paling objektivitas.

7.  Ukuran risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko keuangan pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset dengan exit price yang berbeda secara signifikan dari entry price, maka aset tersebut adalah proposisi berisiko. Informasi keuangan menunjukkan bahwa pembelian aset tersebut harus merupakan proposisi jangka panjang dimana nilai ekonomi yang ditemukan oleh nilai pakai, Sebaliknya, jika exit price meningkat secara drastis, biaya peluang meningkat kembali dan harus dioperasikan dengan lebih efisien.
Untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi posisi risiko dan kinerja dalam mengelola risiko keuangan yang signifikan dengan rancangan standar akan membutuhkan:
1. deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
2. informasi tentang dampak risiko tersebut terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan kinerja keuangan.
3. Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan untuk memperkirakan nilai wajar instrumen keuangan.
B.     Argumen yang bertentangan dengan exit price.
1.        Konsep laba
Mengingat bahwa keuntungan adalah ukuran efektivitas kinerja aktual perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dipercayakan, Bell menyatakan:
Aktiva tertentu telah dibeli dengan rencana operasi yang direncanakan. Rencana itu, operasi-operasi, memang orang-orang yang telah mengembangkan rencana harus dievaluasi alternatif-altenatif tentang masa depan yang dianggap, dan tugas akuntan untuk memberikan data untuk mengevaluasi.
Setelah evaluasi ini dibuat, perusahaan dapat memutuskan apakah akan terus menggunakan aset yang diperoleh untuk tujuan tersebut atau untuk menjualnya dan menggunakan hasil itu dalam beberapa alternatif lain. Konsep bermakna laba, oleh karena itu pengukuran kinerja dalam hal yang seharusnya.Hanya setelah rencana yang diharapkan dalam hal hasil yang dibuat dapat kita melanjutkan ke tahap berikutnya untuk menentukan apakah rencana itu harus diubah dan aktiva yang dijual. Di sisi lain, keluar pengukuran harga memerlukan konsep keuntungan di mana rencana selalu untuk memaksimalkan setara kas aktiva bersih selama periode pendek periode yang berurutan. Bell berpendapat bahwa untuk perusahaan lain dari satu yang berkaitan dalam operasi perdagangan paling sederhana, seperti yang diteliti oleh Strelling, 'seperti pandangan dari perusahaan, tujuan dan modus yang berpikir, hanya akan tampaknya tidak berlaku. Argumen yang bertentangan dengan exit price yang harus mengukur peristiwa masa lalu, yang benar-benar terjadi, daripada yang mungkin terjadi jika perusahaan melakukan sesuatu yang lain dari apa yang direncanakan.
       2. Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika mereka harus objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini.Pengkritik menunjukkan, bagaimanapun, arus kas yang setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika itu terjadi, peristiwa masa depan harus diasumsikan ketika setara kas saat ini tercatat pada tanggal neraca. Nilai realisasi untuk sebuah aset yang harus dijual segera di dalam likuidasi mungkin memaksa sangat menyimpang dari likuidasi, bertahap teratur.Jika, pada kenyataannya, antisipasi tidak dapat dihindari dalam setara kas memastikan saat ini, maka model exit price sendiri melanggar prinsip eksklusi perhitungan antisipatif.
3.        Penilaian kewajiban
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan harus dinyatakan sebesar nilai nominal, bukan di nilai pasar.Ini telah membuat inkonsistensi, karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan sebesar nilai pasar.Dalam pertahanan, Chambers menyatakan bahwa pada waktu tertentu, terlepas dari harga di pasar, perusahaan yang berutang kepada pemegang obligasi hanya sebesar jumlah kontrak obligasi, karena itu adalah jumlah kontrak yang relevan dalam menilai posisi keuangan saat ini.Dalam kebanyakan kasus, ini setara dengan nilai nominal.Tapi kritikus tidak yakin karena, menurut definisi, posisi keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk terlibat dalam transaksi.Hal ini secara logis menyiratkan kemampuan perusahaan untuk pasar untuk membeli obligasi sendiri dengan harga pasar.
4.        Current Cost or Exit price
Satu pertanyaan sangat penting dalam memutuskan apakah akan menggunakan current cost atau exit price. Di tahap mana dari siklus operasi, exit price mendominasi penilaian aset?
Teori current cost berpendapat bahwa harga entri adalah ' metode penilaian normal' dibandingakan exit price karena alasan berikut:
-          Menggunakan harga keluar (exit price) mengarah ke revaluasi anomali atas perolehan karena segera setelah nilai pembelian biasanya harga jatuh sehingga kurang dari harga perolehan.
-          Menggunakan harga keluar(exit price) menyiratkan pendekatan jangka pendek untuk operasi bisnis karena salah satu tertarik pada nilai-nilai disposisi dan likuidasi.
-          Menggunakan harga keluar (exit price) untuk persediaan barang jadi mengarah pada antisipasi terhadap laba operasi sebelum titik skala karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini.
C.     VALUE IN USE VS VALUE IN EXCHANGE
Staubus menunjukkan bahwa sejumlah faktor yang umum untuk setiap viewpoint :
-          pengamatan harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan keuangan.
-          keandalan yang dibutuhkan oleh sistem pengukuran, yaitu penilaian tidak bergantung pada alokasi subjektif.
-          aditif (pengukuran) dari fenomena ekonomi adalah dibuat dalam satuan yang sama, disesuaikan dengan pergerakan inflasi dan harga.
Ini dapat digambarkan oleh beberapa keputusan aturan sederhana yang menggunakan kembali akuntansi dalam hubungannya dengan kebutuhan net present value (NPV):
Jika CCA>CCE > NPV, maka aset memiliki nilai di saat ini digunakan - mempertahankan operasi saat ini.
Jika CCE > CCA> NPV, lalu melikuidasi aset saat ini yang digunakan –dan terus-menerus aset tersebut beradaptasi untuk alternatif investasi lainnya.
Jika CCE >CCA<NPV ,maka melikuidasi dan menghentikan semua operasi
1.      Jan L. Tucker dalam Sriartha (2004:2) perspektif global adalah pendidikan yang diarahkan pada pengembangan wawasan global yang mempersiapkan anak didik generasi muda menjadi manusiawi, rasional, sebagai warga negara yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan dunia yang semakin menunjukkan saling ketergantungan.
2.      National Coucil for the Social Studies (NCSS) dalam Sriartha (2004:2) adalah pendidikan global berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan wawasan generasi muda tentang dunia dengan penekanan pada saling hubungan antar budaya,antar individu dan bumi sebagai tempat hunian manusia.
3.      American Association of Colleges for  Teacher Education dalam Sriartha (2004:2)  pendidikan global adalah proses untuk membekali peseta didik tentang wawasan global sehingga mampu menjelaskan berbagai peristiwa global yang mangkin meningkat ketergantungannya baik ketergantungan antar negara dan antar budaya.
4.      Seriartha dkk, (2004,4) persepektif global pada hakikatnya adalah upaya pendididkan untuk menanamkan pada diri anak didik tentang wawasan global, dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yng dibutuhkan untuk secara efektif di dalam dunia yang memiliki sumberdaya terbatas, keanekaragaman etnik, kemajemukan budaya, interaksi dan interdipendensi yang makin meningkat
5.      Barbara Benham Tye dan Kenneth A. Tye (1992) pendidikan global merupakan :
Global education involves (1) the study of problems and issues which cut across national boundaries, and the interconnectedness of cultural, environmental, economic, political, and technological systems, and (2) the cultivation of cross-cultural understanding, which includes development of the skill of “perspective-taking”-that is, being able to see life someone else’s point of view. Global perspective are important at every grade level, in every curricular subject area, and for all children and adults.
Definisi pendidikan global sebagaimana diketengahkan di atas, menekankan bahwa pendidikan global mencakup kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintasi batas-batas nasional, saling keterhubungan budaya, lingkungan, ekonomi, politik, dan system teknologi. Dan pemahaman lintas-budaya yang di dalamnya termasuk pengembangan keterampilan “menentukan perspektif atau pandangan” sebagai sebuah sudut pandang seseorang. Perspektif global itu sangat penting untuk semua tingkatan usia, anak-anak maupun orang dewasa.
6.      Perspektif global adalah suatu pandangan , dimana guru dan murid secara bersama-sama mengembangkan perspetif dan keterampilan untuk menyelidiki suatu yang terkait dengan isu global.
7.      Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berfikir terhadap suatu masalah,   kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional.

Berdasarkan pengertian pendidikan global menurut para ahli yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa persepektif global merupakan pandangan, wawasan atau cara pandang tentang fenomena global untuk mengembangkan dan meningkatkan  wawasan global guna  mempersiapkan anak didik sebagai generasi muda dalam era globalisasi yang makin meningkatkan hubungan dan interaksi antar manusia sebagai individu yang beranekaragam. 
Dalam pasar global ada beberapa pandangan (perpektif). Pandangan ini yang mempengaruhi keputusan-keputusan manajerial dari suatu perusahaan yang sudah besar (berada di berbagai negara). Ada 3 pandangan yang mempengaruhi keputusan-keputusan itu :

Etnocentric Attitude
Keyakinan dari kelompok parochialism bahwa pendekatan dan teknik cara terbaik adalah berasal dari negara asal (home country). Parochialism adalah pandangan yang melihat dunia hanya melalui “kacamata” dan perspektif sendiri. Parochialism itu merupakan pandangan menganggap cara kerja yang lain itu tidak baik. Misalnya : perusahaan A berada di Jepang, maka metode kerja bagi anak perusahaan ini harus menggunakan metode kerja Jepang. Dimanapun perusahaan itu didirikan.

Polycentric Attitude
Kalau pandangan ini, memberikan kebebasan bagi perusahaan tuan rumah. Yang dimaksud adalah jika perusahaan itu didirikan di Indonesia misalnya, maka teknik kerjanya disesuaikan dengan metode kerja pekerja Indonesia. Keputusan-keputusan manajerial pun diambil oleh manajer setempat. Pandangan ini mempercayai setiap manajer memiliki keputusan terbaik bagi anak perusahaannya.

Geocentric Attitude
Secara sederhana, pandangan ini mengambil keputusan terbaik dari jajaran manajerial, tidak peduli darimana asal manajer tersebut. Seumpama ada perusahaan dari Inggris yang memiliki anak perusahaan di banyak negara, maka metode kerja yang terbaik diambil dari usulan semua manajer. Kemungkinan akan diterapkan di seluruh perusahaan. Intinya, tidak peduli perusahaan utamanya dimana, keputusan terbaik dari yang terbaiklah yang diambil.




DAFTAR PUSTAKA

Management, Stephen P. Robbins, dan Mary Coulter.
Jan L. Tucker dalam Sriartha (2004:2)
National Coucil for the Social Studies (NCSS) dalam Sriartha (2004:2)
American Association of Colleges for  Teacher Education dalam Sriartha (2004:2) 
Seriartha dkk, (2004,4)
http://www.petra.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar