1.
Laba ( Income )
Laba merupakan suatu konsep
akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang, tergantung dari siapa yang
menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut. Oleh karena itu, para ahli
dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda tentang konsep laba yaitu
sebagai berikut :
Laba merupakan
suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai
kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu
dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman
investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. (Belkaoui : 1993)
Laba sebagai
jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan
kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. (Commite On Terminology,
Sofyan Syafri H : 2004)
Laba adalah
pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang dapat
diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang
sama dengan posisi awalnya. (Stice, Skousen : 2009)
Laba merupakan
jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian
pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban
melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih. (Ikatan
Akuntan Indonesia : 2007)
2.
Karakteristik Laba
Dari berbagai definisi laba di
atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual memiliki karakteristik
umum sebagai berikut :
1) Kenaikan
kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas ,
2) Perubahan terjadi
dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran awal dan
kemakmuran akhir,
3) Perubahan
dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham,
kekayaan, investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai
dengan uang.
3.
Fungsi Perhitungan Income
Perolehan laba perlu diketahui
karena merupakan informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Laba yang
secara umum dihitung berdasarkan selisih lebih pendapatan dan biaya diharapkan
dapat digunakan sebagai berikut :
1) Indikator
efisiensi penggunaan modal atau biaya
2) Pengukur
prestasi atau kinerja management
3) Alat
motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan
4) Dasar
penentuan besarnya pengenaan pajak
5) Dasar
penghitungan deviden
6) Dasar
pembagian kompensasi dan bonus
7) Pedoman dalam
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8) Dasar
peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang
4.
Jenis-Jenis Income
Laba yang menjadi dasar pengukuran
laporan keuangan dibedakan menurut kelompok penerima, yaitu tergantung fungsi
dan tujuan pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan penyajiannya untuk
masing-masing kelompok penerima dibagi menjadi lima jenis.
1) Value Added
2) Enterrprise Net Income
3) Net Income to Investors
4) Net Income to Shareholders
5) Net Income to Residual Shareholders
5.
Konsep Income dalam Aspek Tataran (Level) Semiotika
Sebagai salah satu elemen
akuntansi, laba digunakan sebagai informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna
laporan keuangan. Oleh karena itu, konsep laba harus dipahami sebagai suatu
bahasa yang dapat dikomunikasikan maksudnya kepada para pengguna.
Dalam tataran Semiotika
(Semantik, Sintaktik, dan Pragmatik) konsep laba didefinisikan dan
diinterpretasikan menjadi tiga teori yaitu :
·
Konsep
Income dalam Tataran Semantik
Konsep laba dalam tataran
semantik berkaitan dengan masalah makna yang harus dilekatkan oleh perekayasa
laporan pada simbol atau elemen biaya sehingga laba bermanfat dan bermakna
sebagai informasi. Pada tataran ini, teori menekankan makna yang harus dimiliki
oleh konsep laba, seperti teori tentang aset, realitas, atau kegiatan
perusahaan yang diinterpretasikan oleh laba. Laba harus dapat memberikan
informasi kepada para pengguna laporan keuangan mengenai berbagai teori,
misalnya kenaikan jumlah asset dan efektivitas kegiatan produksi perusahaan.
Berbagai implementasi laba dalam tataran semantik yaitu :
1) Pengukur Kinerja
Laba dapat diinterpretasikan
sebagai pengukur efisiensi bila dihubungkan dengan tingkat investasi karena
kedua hal tersebut secara konseptual merupakan suatu hubungan. Dalam pengukuran
kinerja, laba dapat mempresentasikan efisiensi kinerja tersebut dengan
menentukan ROI (Return on Investment) dan ROA (Return on Asset) sebagai dasar
pengukuran efisiensi.
2) Konfirmasi Harapan Investor
Kondisi pasar yang efisien atau
tidak efisien akan sangat mempengaruhi prediksi atau harapan investor mengenai
laba yang akan diperoleh, sehingga keputusan
yang akan diambil dalam melakukan sebuah investasi juga akan
terpengaruh. Hal ini berarti informasi mengenai laba dapat dijadikan sarana
untuk pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan.
3) Estimator Laba Ekonomik
Laba ekonomik adalah laba dari
kaca mata investor yang digunakan untuk menilai investasi. Penilaian laba
ekonomik harus menggunakan informasi yang tersaji dalam pelaporan laba
akuntansi, sehingga dharapkan laba akuntansi dapat digunakan sebagai estimasi
laba ekonomik. Laporan keuangan diharapkan cukup menyediakan informasi laba dan
aliran kas yang layak serta menyerahkan
analisis dan perhitungan laba kepada investor.
·
Konsep
Income dalam Tataran Sintaktik
Konsep laba dalam tataran
sintaktik berkaitan dengan konsep laba yang harus diungkapkan dalam bentuk
standar dan prosedur akuntansi yang mantap serta objektif, sehingga angka laba
dapat diukur dan disajikan dalam suatu laporan keuangan. Pada tataran ini,
teori menekankan bahwa makna laba secara sintaktik adalah selisih pengukuran
dan perbandingan antara pendapatan dan biaya. Pengukuran dalam arti luas
meliputi saat pengakuan dan prosedur pengakuan. Kriteria atau pendekatan dalam
pengukuran laba dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Pendekatan Transaksi (Cash
Basis)
Dalam
pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi dan
kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan pengakuan laba juga
akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan laba
atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar kriteria
terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi
manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan misalnya jumlah rupiah
aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir periode serta perubahan
aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara objektif.
2) Pendekatan Kegiatan (Accrual
Basis)
Dalam pendekatan ini, laba
dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan perusahaan dan bukan
sebagai hasil suatu transaksi. Pendekatan ini paralel dengan konsep
penghimpunan sebagai basis akrual pendapatan. Dengan konsep ini, laba dapat
dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan dilakukannya kegiatan operasi
perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan, dan pengumpulan kas) walaupun
secara realisasi belum terjadi transaksi secara real. Pendekatan ini memiliki
keunggulan dalam membantu management melakukan analisis internal seperti mengukur
efisiensi dan profitabilitas setiap kegiatan operasional perusahaaan.
3) Pendekatan Pertahanan Kapital
Dalam konsep pertahanan
kapital, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada dua titik
waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen laba diukur atas dasar pendekatan
aset-kewajiban. Dua pendekatan yang dibahas sebelumnya merupakan pendekatan
pendapatan-biaya dalam pengukuran dan penilaian elemen neraca (aset dan
kewajiban). Nilai aset dan kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran
pendapatan dan biaya atas dasar konsep perbandingan. Laba berdasarkan
pendekatan ini berarti perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda atau
kenaikan kapital dalam suatu periode.
·
Konsep
Income dalam Tataran Pragmatik
Konsep laba dalam tataran
pragmatik berkaitan dengan pengaruh informasi laba terhadap perubahan perilaku
para pemakai laporan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan pada
pembahasan reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Misalnya suatu
kejadian pengumuman laba oleh perusahaan, dikatakan mengandung informasi jika
pesan tersebut menyebabkan perubahan keyakinan para pengguna laporan dan
menyebabkan adanya suatu tindakan tertentu. Apabila tindakan tersebut dapat
diyakini sebagai reaksi atas kejadian pengumuman laba tersebut, maka informasi
laba dapat dikatakan memiliki manfaat.
Bila dikaitkan dengan teori
positif-normatif, tataran sintaktik dan semantik pada umumnya bersifat
normatif, sedangkan teori pragmatik akan lebih bersifat positif. Teori
pragmatik juga sering diklasifikasikan sebagai akuntansi keperilakuan
(behavioral accounting) karena pokok bahasan pada umumnya adalah perilaku
manusia dalam kaitannya dengan informasi. Pendekatan dalam proses penyimpulan
yang menghasilkan pernyataan atau tindakan dapat bersifat deduktif maupun
induktif.
1) Pendekatan Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses
penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang disepakati (premis) ke
pernyataan khusus sebagai kesimpulan (konklusi). Pernyataan umum yang
disepakati dan menjadi basis penalaran dapat berasal dari teori, prinsip,
konsep, doktrin, atau norma yang dianggap benar, baik, dan relevan dalam
kaitannya dengan tujuan penyimpulan. Penalaran deduktif dalam akuntansi
digunakan untuk memberi penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan suatu
pernyataan akuntansi.
2) Pendekatan Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan
kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan
yang khusus dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi
dari keadaan khusus tersebut. Penalaran induktif dalam akuntansi digunakan
untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi penjelasan atau teori terhdap
gejala akuntansi tertentu.
6.
Modal (Capital )
Menurut Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Istilah modal sering juga digunakan
pula sebagai kata equity walaupun modal lebih dekat maknanya
dengan istilah capital. Karena ekuitas mengandung unsur pemilikan (ownership),
untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut sebagai aset bersih (net assets)
untuk menghindari kesan adanya pemilikan.
Menurut PSAK
(2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk
menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban.
7.
Konsep
Capital Maintenance
Menurut konsep ini laba baru disebut
ada setelah modal yang dikeluarkan tetap masih ada (capital maintenance atau
return on capital) atau biaya yang telah tertutupi (cost recovery) atau
pengembalian modal (return of capital).
Konsep ini dapat dinyatakan baik
dalam ukuran uang (unit of money) yang disebut financial capital atau dalam
ukuran tenaga beli (general purchasing power) yang disebut physical capital.
Maka
konsep capital maintenance, menghasilkan beberapa konsep diantaranya :
1) Pemeliharaan
uang : modal financial yang diukur dalam satuan uang
Dalam konsep ini bahwa modal
financial yang diinvestasikan kembali oleh pemilik telah terpelihara, sedangkan
laba adalah sama dengan perubahan yang terjadi di dalam aktiva bersih yang
disesuaikan dengan transksi – transaksi modal yang dinyatakan dalam dolar.
2) Pemeliharaan
modal daya beli umum : modal financial yang diukur dalam satuan daya beli yang
sama
Dalam konsep ini mengandung
arti bahwa daya beli dari modal financial yang diinvestasikan kembali oleh
pemilik telah terpelihara., sedangkan laba adalah sama dengan perubahan yang
terjadi di dalam aktiva bersih yang disesuaikan untuk transaksi – transaksi
modal yang dinyatakan dalam satuan daya beli yang sama, uang.
3) Pemeliharaan kapasistas produktif : modal fisik yang
diukur dalam satuan uang
Konsep ini mengandung arti bahwa
kapasitas produktif fisik dari perusahaan telah terpelihara, yang dimana
dinyatakan sebagai aktiva fisik yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga
keuntungan adalah jumlah yang dapat didistribusikan setelah membuat cukup
pencadangan untuk mengganti penggunaan atau pemakaian aktiva fisik yang
dimiliki oleh perusahaan.
4) Pemeliharaan
kapasitas produktif, daya beli umum modal fisik yang diukur dalam satuan daya
beli yang sama.
Dalam konsep ini mengandung arti
bahwa pemeliharaan kapasitas produktif fisik dari perusahaan yang diukur dalam
satuan – satuan daya beli yang sama. Pemeliharaan kapasitas, daya beli umum
adalah konep pemeliharaan modal yang digunakan dalam akuntansi nilai saat ini,
yang disesuiakan dengan tingkat harga umum.
Pengukuran Laba dan Modal
Berdasarkan Akuntansi Konvensional dapat diukur dengan menggunakan :
A.
Historical Cost
Didasarkan pada transaksi yang sudah
pasti dan kejadian yang sebenarnya bukan kejadian yang masih mungkin. Sehingga
bisa menjadi bukti untuk pertanggungjawaban. Historical cost juga relavan dalam
proses pengambilan keputusan ekonomis, selain itu juga perlu untuk menilai
apakah kita puas atau tidak dengan apa yang dicapai, dan sejauh mana kita
mencapai apa yang sudah ditargetkan.
Tetapi
Historical Cost juga mempunyai kelebihan dan kelemahan, diantaranya :
Keunggulan menggunakan Historical Cost :
1. hasil penilaiannya dapat di verifikasi
2. memberi data yang dapat di bandingkan
3. menyajikan data yang dapat berguna untuk pengambilan
keputusan bagi manajemen dan investor, data yang di gunakan dapat memprediksi
masa depan
Kelemahan menggunakan Historical Cost Menurut Muijono :
1. adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena
pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan di bebani biaya
yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah di tetapkan beberapa periode
yang lalu pada saat terjadinya pencatatan biaya tersebut.
2. nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai
nilai yang lebih rendah jika di bandingkan dengan perkembangan harga daya beli
uang sekarang.
3. alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi, akan di
bebankan terlalu kecil dan akan menagkibatkan laba di hitung terlalu besar.
4. laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan
laba/rugi yang didasarkan pada asumsi adanya stable monetary unit tdak lah riil
apabila diukur dengan perkembangan daya beli uang yang berlangsung.
5. perusahaan tidak akan mempertahankan real capitalnya dan
ada kecenderungan terjadinya canibalisme terhadap modal sehubungan dengan
pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada
semestinya.
6. menyalahi mathematical principle karena berbaai himpunan
yang tidak sama dijumlah kan menjadi satu, dan.
7. disamping hal-hal diatas akan timbul kesulitan-kesulitan
bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan laporan akuntansi yang
disusun berdasarkan asumsi adanya stable monetary unit
B.
Current Cost Accounting (entry value)
Akuntansi biaya sekarang (CCA)
adalah sistem akuntansi dimana aset dinilai berdasarkan harga pasar saat
membeli dan laba ditentukan oleh alokasi berdasarkan pada biaya saat
ini. Tujuan dari current cost :
• Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur dan
lain-lain.
Evaluasi oleh kedua orang dalam dan luar menyediakan sarana
untuk keberhasilan fungsi ekonomi karena, secara teoritis, maka sumber daya
akan dialokasikan lebih efisien.
• Evaluasi oleh manajer terhadap keputusan masa lalu mereka
dan untuk membuat keputusan terbaik untuk masa depan.
Current
Cost Accounting (konsep akuntansi nilai sekarang ), dimana menyatakan nilai
pos-pos laporan keuangan dengan harga perolehan sekarang yaitu dengan harga
perolehan dari pos yang mempunyai umur dan kapsitas yang sama.
Current
Value (nilai sekarang) dapat dihitung dengan 5 metode :
a. Capitalization
atau present Value Method yaiutu jumlah bersih dari arus kas (kas masuk – kas
keluar) yang diharapkan diterima selama umur ekonominya yang diskontokan pada
saat sekarang.
b. Current
Entry Price, yaitu jumlah kas atau aktiva lainnya yang dibutuhkan untuk
mendapatkan aktiva yang sejenis atau yang sama.
c. Current
Exit Price (Net Realizable Value) adalah jumlah kas yang diterima atau utang
yang dianggap lunas apabila aset tersebut dijual.
Kelebihan dari Current Cost Accounting
· Current cost menunjukan jumlah
yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode berjalan untuk memperoleh
aktiva atau jasa.
· Current cost memungkinkan
identifikasi dari penyimpangan laba atau rugi,sehingga mencerminkan hasil-hasil
keputusan manajmen asset dan dampak dari lingkungan atas perusahaan yang tidak
tercermin dalam transaksi rutin.
· Current cost menggambarkan
nilai aktiva pada perusahaan jika perusahaan melanjutkan untuk memperoleh
aktiva tersebut dan jika nilainya belum ditambah aktiva tersebut.
· Penjumlahan aktiva yang
dinyatakan dalam nilai sekarang lebih bearti dari pada penambahan biaya
historis yang terjadi pada periode yang berbeda.
· Current cost memungkinkan
pelaporan current operating profit,yang dapat digunakan untuk meramalkan arus
kas masa depan.
Kelemahan dari Current Cost Accounting :
Pengguna current cost adalah subyektif karena sangat sulit
menentukan harga perolehan sekarang yang pasti setiap saat. Masalah utama yang
dihadapi dalam pelaksanaan Akuntansi Nilai Sekarang adalah pengukuran dari
nilai sekarang (current value) itu sendiri.
3) Current
selling price (exit value)
Exit price accounting merupakan
sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur posisi
keuangan perusahaan dan kinerja keuangan. Menurut Edwards and Bell (1961) exit
value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila
dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value
disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable value) dari
aset).
Exit
Price Accounting merupakan sistem akuntansi yang menngunakan harga jual untuk
mengukur posisi keuangan dan kinerja suatu badan usaha. Dua hal yang perlu
diperhatikan:
·
Nilai aset non moneter disesuaikan dengan harga jual pada
saat ini yang
merupakan bagian
dari laba yang belum terealisasi
·
Perubahan daya beli diperhitungkan untuk mengukur modal finansial
dan hasil operasi
Manfaat Exit Price Accounting :
·
Memberikan informasi yang bermanfaat
·
Informasi yang relevan dan reliable
·
Mempunyai sifat additive
·
Dapat digunakan sebagai dasar alokasi
·
Sesuai dengan kenyataan
·
Objective
·
Dapat digunakan untuk mengukur risiko
·
Apabila harga jual berbeda jauh dengan harga beli,
menunjukkan risiko yang tinggi
Historical Cost Principle adalah prinsip
yang menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva. utang,
modal, dan biaya. Yang dimaksud dengan-harga perolehan adalah harga pertukaran
yang disetuiui oleh kedua belah pihak vang tersangkut dalam transaksi. Harga
perolehan ini harus terjadi dalam transaksi di antara dua belah pihak yang
bebas. Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh transaksi dengan pihak
ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal atau transaksi lainnya.
Sedangkan Fair Value adalah Berdasarkan FASB
Concept Statement No.7 dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fair
value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset
atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata
antara partisipan di pasar dan tanggal pengukuran (Perdana,
2011).
IAI dalam buletin teknis no.3, Paragraf PA84
manyatakan bahwa: Dasar dari definisi fair value adalah asumsi
bahwa entitas merupakan unit yang akan beroperasi selamanya tanpa ada intensi
atau keinginan untuk melikuidasi, untuk membatasi secara material skala
operasinya atau transaksi dengan persyaratan yang merugikan.
Dengandemikian, fair value bukanlah nilai yang akan diterima
atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang
dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai adalah nilai yang
wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.
Kelemahan historical cost menurut Muljono
yang dikutip dari Kodrat (http://www.petra.ac.id/~puslit/journals)
antara lain:
1.
Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil
karena pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan dibebani
biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah ditetapkan beberapa
periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut,
2.
Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan
mempunyai nilai yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan perkembangan
harga daya beli uang terakhir. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan
kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai
persahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang
tepat,
3.
Alokasi biaya untuk depresiasi,
amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan laba dihitung
terlalu besar,
4.
Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh
perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi adanya stable
monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan
perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung,
5.
Perusahaan tidak akan memperahankan real-capital-nya
dan ada kecenderungan terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan
pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada
semestinya,
6.
Menyalahi mathematical principle karena
berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi satu dan
7.
Di samping hal-hal di atas akan timbul
kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan apabila harus mendasarkan pada
laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi adanya stable monetary
unit.
Kelebihan Historical cost:
1.
Historical cost relevan dalam membuat
keputusan ekonomi
2.
Historical cost berdasarkan pada
transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan.
3.
Selama sejarah, laporan keuangan yang
menggunakan historical costsangat berguna.
4.
Pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan
adalah kelebihan dari harga jual dari historical cost.
5.
Akuntan harus menjaga
integritas datanya dari modifikasi internal
6.
Seberapa bergunanya laporan keuangan
tergantung dari current cost atauexit price
7.
Perubahan dalam harga pasar dapat diungkapkan
sebagai data tambahan.Terjadi ketidakcukupan data dalam membenarkan penolakanhistorical
cost accounting.
Kelemahan Fair Value
Menurut Tim Krumwiede (2008;38) terdapat
berapa kritik penting terhadap fair value:
1.
Meskipun bermaksud baik namun perkiraan
manajemen tentang fair value bisa menjadi salah pada luas
berbagai prediksi dan asumsi yang salah.
2.
Oportunistik dan ketidakjujuran manajemen
dapat mengambil keuntungan dari penilaian dan estimasi yang digunakan dalam
proses manipulasi dan mengurutkan angka pada hasil dalam angka pendapatan yang
diinginkan.
Kelebihan Fair Value
Penman (2007;33) mengemukakan argument
mengenai kelebihan dari Fair Value:
1.
Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan
biaya, maka melaporkanfair value
2.
Dengan berlalunya waktu, harga historis
jadinya tidak relevan di dalam menaksir posisi keuangan suatu entitas. Harga
menyediakan informasi terbaru sekitar nilai dari aset-aset.
3.
Akuntansi fair value melaporkan
aset dan kewajiban dalam cara yang ekonomis akan memperhatikan mereka; fair
value mencerminkan unsur pokok ekonomi yang benar.
4.
Akuntansi fair value melaporkan economic
income: seturut diterima secara luas defenisi Hicksian dari pendapatan
sebagai perubahan dalam kekayaan, perubahan dalam fair value dari
aset bersih pada neraca menghasilkan pendapatan. Akuntansi fair
value adalah solusi kepada permasalahan akuntan dalam pengukuran
pendapatan, dan lebih disukai dibanding ratusan peraturan yang mendasari
pendapatan historical cost
5.
Fair value adalah penukuran
berbasis pasar yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor khusus untuk entitas
tertentu; secara setimpal itu menunjukkan satu pengukuran yang tidak bisa yang
konsisten dari periode ke periode dan lintas entitas.
1.
EXIT PRICE ACCOUNTING
Exit price accounting
merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur
posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan.Menurut Edwards and Bell
(1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat
ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan
lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable
value) dari aset).
Terdapat beberapa kritik yang dilakukan
menyangkut penggunaan nilai realisasi bersih.Terutama adalah nilai ini
mempunyai kelemahan dalam segi objektivitas. Maksudnya penentuan harga jual
atas aset yang sebenarnya tidak ditujukan untuk dijual akan menimbulkan
kesulitan karena dua penilai yang berbeda sangat mungkin membuat hasil yang
berbeda dalam penerapan net realizable value. Selain itu entitas yang tidak
memiliki pengetahuan pasar yang mencukupi tentang penjualan aset (karena memang
bukan bidangnya) tentu akan kesulitan menentukan nilai yang lebih tepat.
Exit Price Accounting ini memiliki dua hal
utama dari biaya historis konvensional:
·
Nilai aktiva non-moneter disesuaikan untuk
mengukur perubahan harga jual pasar khusus untuk aktiva dan mereka dimasukkan
dalam pendapatan sebagai keuntungan yang belum direalisasi.
·
Perubahan daya beli umum uang dipertimbangkan
ketika mengukur modal keuangan dan hasil usaha.
Aset di neraca disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga mereka mewakili 'nilai pasar wajar' kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam situasi 'fire-sale'.Laporan laba rugi merupakan laba (rugi) usaha serta keuntungan disesuaikan dengan inflasi dari aset induk. Oleh karena itu, laba diukur dengan konsep 'komprehensif' yang mengukur perubahan nyata total nilai semua elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntansi surplus bersih .Akuntansi surplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan keseimbangan neraca penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan.
A. ARGUMEN
PENDUKUNG UNTUK EXIT PRICE ACCOUNTING
1. Menyediakan informasi yang berguna
1. Menyediakan informasi yang berguna
Perusahaan bisnis pada masa lalu dimiliki
langsung oleh orang atau mitra kelompok kecil. Sehinggga Akuntan memiliki
kewajiban untuk menyiapkan Laporan Keuangan hanya untuk dua pihak, pemilk :
yang mengelola bisnis dan tahu semua rinciannya, dan kreditur : yang tertarik
terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar rekening atau pinjaman saat
jatuh tempo.
Pada masa sekarang, dengan banyaknya jumlah
pemegang saham pada suatu perusahaan menyebabkan Laporan keuangan perusahaan
sebagai media informasi utama mengenai perusahaan tersebut, sehingga Laporan
keuangan dari akuntan eksternal menjadi sangat penting. Menurut MacNeal,
Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional yang didasari Historical Cost
berpotensi menghasilkan laporan keuangan yang salah dan menyesatkan serta tidak
berorientasi pada keputusan pemilik saham.
Solusi ideal untuk akuntan adalah melaporkan
semua keuntungan dan kerugian seperti nilai seperti yang ditentukan dalam pasar
yang kompetitif.Namun, tidak semua aset memiliki nilai pasar. Oleh karena itu
MacNeal mengusulkan penerapan penilaian:
- Aset yang dapat dipasarkan pada harga pasar
(exit price)
- Aset tidak tidak dapat dipasarkan yang dapat
direproduksi pada biaya pengganti.
- Aset tidak dapat dipasarkan yang tidak dapat
direproduksi pada biaya historis.
Keuntungan harus mencakup semua keuntungan
maupun yang belum direalisasi dan kerugian sesuai dengan prinsip surplus
bersih.
2. Pengambilan Keputusan yang
Adaptif
Chambers telah mengajukan pendapat secara
komprehensif mengenai Exit Price Accounting dalam continuously contemporary
accounting (CoCoA) dan dikembangkan menjadi Current Cash Equivalents
(CCE).Chambers melihat bahwa perusahaan sebagai suatu entitas yang adaptif
terlibat dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa.Dalam bisnisnya, sebuah
perusahaan harus dapat ikut serta dalam transaksi pasar dan hal ini diungkap
dalam Laporan Keuangan.Pada Lingkungan pasar, monetary asset dan liabilities
dapat ditentukan dengan harga pasar, contohnya harga beli atau current cost
tidak menampakkan kemampuan masuk kedalam pasar dengan cash untuk tujuan
adaptasi. Sedangkan harga jual atau Current Cash Equivalent mmenunjukkan harga
realisasi pada dasar likuidasi
Ketika perusahaan membeli aktiva tidak lancar,
ia akan mengubah kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli
untuk kas, penurunan saldo kas perusahaan menyebabkan berkurangnya kebebasan
untuk berinvestasi pada yang lain. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal
ini mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih lanjut.Tetapi
konsep perilaku adaptif melihat perusahaan selalu siap untuk tindakan membuang
asset jika hal itu merupakan yang terbaik. Maka, perusahaan akan menjaga aktiva
tidak lancar hanya apabila nilai sekarang dari arus kas masa depan bersih dari
penggunaan aktiva lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan
bersih dari investasi alternatif exit value aset tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan harus mempertimbangkan apakah kesempatan alternatif memberi
keuntungan yang lebih besar jika aset non-lancar mereka jual atau
diinvestasi.Ini adalah konsep opportunity cos, yang menggunakan harga jual dan
bukan harga penggantian aset, sebagai basis pengukuran.
6. Chamber mengakui bahwa
setiap aset, pada prinsipnya merupakan sebuah nilai tukar (harga keluar) dan
nilai pakai. Nilai pakai (nilai sekarang) pada dasarnya adalah sejumlah nilai
yang dihitung dari harapan sekarang dan chambers berpendapat bahwa itu
merupakan keyakinan tentang masa
7. Sterling yakin bahwa ada
suatu metode terbaik dalam menentukan keuntungan.Kriteria dalam menentukan
metode penilaian mana yang terbaik adalah metode yang memberikan informasi
lebih banyak dimana isi informasi tersebut harus relevan dan dapat dipercaya.
8. Untuk menjadi relevan,
informasi harus berguna dalam model keputusan pengguna laporan akuntansi.Model
keputusan, pada gilirannya, memungkinkan pengguna untuk menentukan tindakan
yang diambil dari beberapa alternatif.Jika tidak ada kendala, informasi yang
dikumpulkan dapat relevan untuk setiap user atau untuk setiap masalah yang
diberikan dan model keputusan. Namun, karena informasi sumber daya produksi
langka dan mahal maka menjadi kendala untuk memilih model keputusan yang sesuai
dengan menilai kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi dari program
alternatif yang tersedia saat tindakan.
9. Contohnya, seorang
pedagang gandum pada pasar sempurna dan harga yang stabil.Dia mengartikan
keuntungannya sebagai perbedaan antara modal pada dua hal diwaktu yang berbeda
antara tambahan investasi atau distribusi ke pemilik. Untuk pedagang tersebut
dapat dilihat 3 keputusan dan permasalahan
·
Melanjutkan keputusan untuk masuk dan tetap
didalam pasar
·
Melanjutkan keputusan untuk menahan cash atau
gandum
·
Mengevaluasi keputusan yang lalu
Sterling menjelaskan bahwa untuk kasus
pedagang gandum metode penilaian yang paling tepat dan relevan adalah Present
Selling Prices
Kesimpulan Sterling, Present market Method
valuation mempunyai unsur:
·
Relevant ke semua
·
Dapat dipercaya
·
Bermakna empiris
·
Additive
·
Konsisten
·
Suatu penilain
·
Lebih informatif
3.
Additivity
Chambers
mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam mendukung akuntansi
CCE.Produk utama dari sistem akuntansi laporan akuntansi - neraca dan laporan
laba rugi.Jika kita memberikan nilai yang berbeda dengan karakteristik yang
relatif kecil dari fakta dan menggunakan skala pengukuran relatif kecil, maka
tidak ada arti tertentu atau komersial dapat dideduksi dari agregat - mereka
tidak dapat secara logis ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, kita tidak
bisa nilai kewajiban sebesar harga perolehan (surat hutang), beberapa aset
sebesar biaya penggantian (persediaan), yang lain sebesar nilai kini (sewa
aset) dan yang lain di setara kas (debitur) dan memperoleh neraca yang sesuai.
Juga tidak bisa kita gunakan untuk mencampuradukan biaya historis pada tanggal
yang berbeda dan makna berbeda pada perhitungan aktiva bersih.
Maka, penilaian dari semua elemen dalam neraca
dan laporan laba rugi pada setara uang mereka (nilai keluar), menyediakan satu
aturan yang dapat diterapkan secara konsisten terhadap perusahaan
manapun.Sistem ini berkonsentrasi pada pengukuran kemampuan keuangan penting -
uang dan setara uang.Itu membuat tidak menggunakan karakteristik fisik atau
aset lainnya.
4. Alokasi
4. Alokasi
Thomas mengeluhkan
kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historical dan Current) sangat
bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian asset dan penentuan keuntungan.Ia
Berpendapat Exit Price Accounting dimasa mendatang mempunyai laporan keuangan
bebas alokasi.Laporan laba-rugi tidak melaporkan perubahan dalam jumlah yang
dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai
keluar dari aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu periode tertentu.Laba
menampilkan jumlah perubahan daya beli riil dari aktiva bersih, tidak termasuk
investasi tambahan oleh dan distribusi kepada pemilik.
5. Kenyataan (Reality)
5. Kenyataan (Reality)
Exit price melibatkan
referensi untuk contoh-contoh yang nyata karena, setiap contoh mengacu pada
saat ini, harga pasar sebenarnya. Penyusutan tidak didefinisikan dengan cara
konvensional, namun dalam arti ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak
mungkin terjadi dalam beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan. Jika
tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item tersebut akan
memiliki saldo nol. Selain itu, dipertukarkan adalah bagian dari definisi suatu
aset sehingga goodwill tidak dapat dijual secara terpisah, tidak termasuk dari
pertimbangan. Dengan dua kendala - dipertukarkan dan adanya harga jual - semua
item pada laporan keuangan dapat dikuatkan dengan bukti nyata.
6. Obyektifitas
6. Obyektifitas
Hal ini sering
dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif.Namun, beberapa studi
penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif daripada
kebanyakan orang percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang
perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya
historis tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai konsensus di antara
penilai.Komparatif didefinisikan sebagai sebuah konsensus dalam pengukuran.
Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker menunjukkan bahwa untuk mengukur
objektivitas dan komparatif, exit price mengungkapkan dispersi yang sedikit
dari jumlah tercatat. Penyebab utama dari kurangnya objektivitas nilai tercatat
adalah dispersi estimasi akuntansi di masa manfaat dan nilai sisa.
McKeown juga
menerapkan model ruang untuk sebuah perusahaan kontruksi jalan berukuran
sedang, dan menyimpulkan dengan analisa statistik bahwa metode yang digunakan
untuk menentukan exit price adalah objektivitas lebih (diverifikasi) daripada
metode berdasarkan Financial Accounting Standard. Dalam studi lain, McKoewn
dibandingkan empat model (exit price, current replacement, Historical cost in
specific level, Historical cost in general level)yang diusulkan dengan metode
GAAP untuk objektivitas mereka (verifiability) dan menyimpulkan bahwa model CCE
adalah yang paling objektivitas.
7. Ukuran risiko
Exit price dan
perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko keuangan pembelian aset.
Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset dengan exit price yang berbeda
secara signifikan dari entry price, maka aset tersebut adalah proposisi
berisiko. Informasi keuangan menunjukkan bahwa pembelian aset tersebut harus
merupakan proposisi jangka panjang dimana nilai ekonomi yang ditemukan oleh
nilai pakai, Sebaliknya, jika exit price meningkat secara drastis, biaya
peluang meningkat kembali dan harus dioperasikan dengan lebih efisien.
Untuk memungkinkan
pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi posisi risiko dan kinerja dalam
mengelola risiko keuangan yang signifikan dengan rancangan standar akan
membutuhkan:
1. deskripsi dari setiap risiko keuangan yang
signifikan dan tujuan perusahaan serta kebijakan untuk mengelola risiko
tersebut.
2. informasi tentang dampak risiko tersebut
terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan kinerja keuangan.
3. Informasi mengenai metode dan asumsi utama
yang digunakan untuk memperkirakan nilai wajar instrumen keuangan.
B. Argumen
yang bertentangan dengan exit price.
1. Konsep
laba
Mengingat bahwa
keuntungan adalah ukuran efektivitas kinerja aktual perusahaan dalam
menggunakan sumber daya yang dipercayakan, Bell menyatakan:
Aktiva tertentu telah dibeli dengan rencana
operasi yang direncanakan. Rencana itu, operasi-operasi, memang orang-orang
yang telah mengembangkan rencana harus dievaluasi alternatif-altenatif tentang
masa depan yang dianggap, dan tugas akuntan untuk memberikan data untuk
mengevaluasi.
Setelah evaluasi ini
dibuat, perusahaan dapat memutuskan apakah akan terus menggunakan aset yang
diperoleh untuk tujuan tersebut atau untuk menjualnya dan menggunakan hasil itu
dalam beberapa alternatif lain. Konsep bermakna laba, oleh karena itu
pengukuran kinerja dalam hal yang seharusnya.Hanya setelah rencana yang
diharapkan dalam hal hasil yang dibuat dapat kita melanjutkan ke tahap
berikutnya untuk menentukan apakah rencana itu harus diubah dan aktiva yang
dijual. Di sisi lain, keluar pengukuran harga memerlukan konsep keuntungan di
mana rencana selalu untuk memaksimalkan setara kas aktiva bersih selama periode
pendek periode yang berurutan. Bell berpendapat bahwa untuk perusahaan lain
dari satu yang berkaitan dalam operasi perdagangan paling sederhana, seperti
yang diteliti oleh Strelling, 'seperti pandangan dari perusahaan, tujuan dan
modus yang berpikir, hanya akan tampaknya tidak berlaku. Argumen yang
bertentangan dengan exit price yang harus mengukur peristiwa masa lalu, yang
benar-benar terjadi, daripada yang mungkin terjadi jika perusahaan melakukan
sesuatu yang lain dari apa yang direncanakan.
2. Additivity
Pendukung exit
price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika mereka harus objektif,
harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan kini. Perhitungan antisipasi
tidak dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini.Pengkritik
menunjukkan, bagaimanapun, arus kas yang setara aset ditentukan berdasarkan
asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika itu terjadi, peristiwa masa depan
harus diasumsikan ketika setara kas saat ini tercatat pada tanggal neraca.
Nilai realisasi untuk sebuah aset yang harus dijual segera di dalam likuidasi
mungkin memaksa sangat menyimpang dari likuidasi, bertahap teratur.Jika, pada
kenyataannya, antisipasi tidak dapat dihindari dalam setara kas memastikan saat
ini, maka model exit price sendiri melanggar prinsip eksklusi perhitungan
antisipatif.
3. Penilaian
kewajiban
Chambers berpendapat
bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan harus dinyatakan
sebesar nilai nominal, bukan di nilai pasar.Ini telah membuat inkonsistensi,
karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan sebesar nilai pasar.Dalam
pertahanan, Chambers menyatakan bahwa pada waktu tertentu, terlepas dari harga
di pasar, perusahaan yang berutang kepada pemegang obligasi hanya sebesar
jumlah kontrak obligasi, karena itu adalah jumlah kontrak yang relevan dalam
menilai posisi keuangan saat ini.Dalam kebanyakan kasus, ini setara dengan
nilai nominal.Tapi kritikus tidak yakin karena, menurut definisi, posisi
keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk terlibat dalam transaksi.Hal
ini secara logis menyiratkan kemampuan perusahaan untuk pasar untuk membeli
obligasi sendiri dengan harga pasar.
4. Current
Cost or Exit price
Satu pertanyaan sangat
penting dalam memutuskan apakah akan menggunakan current cost atau exit price.
Di tahap mana dari siklus operasi, exit price mendominasi penilaian aset?
Teori current cost berpendapat
bahwa harga entri adalah ' metode penilaian normal' dibandingakan exit
price karena alasan berikut:
- Menggunakan
harga keluar (exit price) mengarah ke revaluasi anomali atas perolehan
karena segera setelah nilai pembelian biasanya harga jatuh sehingga kurang dari
harga perolehan.
- Menggunakan
harga keluar(exit price) menyiratkan pendekatan jangka pendek untuk
operasi bisnis karena salah satu tertarik pada nilai-nilai disposisi dan
likuidasi.
- Menggunakan
harga keluar (exit price) untuk persediaan barang jadi mengarah pada
antisipasi terhadap laba operasi sebelum titik skala karena persediaan dinilai
lebih dari biaya saat ini.
C. VALUE IN USE
VS VALUE IN EXCHANGE
Staubus menunjukkan bahwa sejumlah faktor yang
umum untuk setiap viewpoint :
- pengamatan
harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan keuangan.
- keandalan
yang dibutuhkan oleh sistem pengukuran, yaitu penilaian tidak bergantung pada
alokasi subjektif.
- aditif
(pengukuran) dari fenomena ekonomi adalah dibuat dalam satuan yang sama,
disesuaikan dengan pergerakan inflasi dan harga.
Ini dapat digambarkan
oleh beberapa keputusan aturan sederhana yang menggunakan kembali akuntansi
dalam hubungannya dengan kebutuhan net present value (NPV):
Jika
CCA>CCE > NPV, maka aset memiliki nilai di saat ini digunakan -
mempertahankan operasi saat ini.
Jika
CCE > CCA> NPV, lalu melikuidasi aset saat ini yang digunakan –dan
terus-menerus aset tersebut beradaptasi untuk alternatif investasi lainnya.
Jika
CCE >CCA<NPV ,maka melikuidasi dan menghentikan semua operasi
1.
Jan L. Tucker dalam
Sriartha (2004:2) perspektif global adalah pendidikan yang diarahkan pada
pengembangan wawasan global yang mempersiapkan anak didik generasi muda menjadi
manusiawi, rasional, sebagai warga negara yang mampu berpartisipasi dalam
kehidupan dunia yang semakin menunjukkan saling ketergantungan.
2.
National Coucil for the
Social Studies (NCSS) dalam Sriartha (2004:2) adalah pendidikan global
berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan wawasan generasi muda tentang dunia
dengan penekanan pada saling hubungan antar budaya,antar individu dan bumi
sebagai tempat hunian manusia.
3.
American Association of
Colleges for Teacher Education dalam Sriartha
(2004:2) pendidikan global adalah proses untuk membekali peseta
didik tentang wawasan global sehingga mampu menjelaskan berbagai peristiwa
global yang mangkin meningkat ketergantungannya baik ketergantungan antar
negara dan antar budaya.
4.
Seriartha dkk, (2004,4) persepektif global
pada hakikatnya adalah upaya pendididkan untuk menanamkan pada diri anak didik
tentang wawasan global, dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yng
dibutuhkan untuk secara efektif di dalam dunia yang memiliki sumberdaya
terbatas, keanekaragaman etnik, kemajemukan budaya, interaksi dan
interdipendensi yang makin meningkat
5.
Barbara Benham Tye dan Kenneth A. Tye (1992)
pendidikan global merupakan :
Global education
involves (1) the study of problems and issues which cut across national
boundaries, and the interconnectedness of cultural, environmental, economic,
political, and technological systems, and (2) the cultivation of cross-cultural
understanding, which includes development of the skill of
“perspective-taking”-that is, being able to see life someone else’s point of
view. Global perspective are important at every grade level, in every
curricular subject area, and for all children and adults.
Definisi pendidikan
global sebagaimana diketengahkan di atas, menekankan bahwa pendidikan global
mencakup kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu yang melintasi batas-batas
nasional, saling keterhubungan budaya, lingkungan, ekonomi, politik, dan system
teknologi. Dan pemahaman lintas-budaya yang di dalamnya termasuk pengembangan
keterampilan “menentukan perspektif atau pandangan” sebagai sebuah sudut
pandang seseorang. Perspektif global itu sangat penting untuk semua tingkatan
usia, anak-anak maupun orang dewasa.
6.
Perspektif global adalah suatu pandangan ,
dimana guru dan murid secara bersama-sama mengembangkan perspetif dan
keterampilan untuk menyelidiki suatu yang terkait dengan isu global.
7.
Perspektif global adalah suatu cara pandang
dan cara berfikir terhadap suatu masalah, kejadian atau
kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia
atau internasional.
Berdasarkan pengertian
pendidikan global menurut para ahli yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa persepektif global merupakan pandangan, wawasan atau cara pandang tentang
fenomena global untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan global
guna mempersiapkan anak didik sebagai generasi muda dalam era
globalisasi yang makin meningkatkan hubungan dan interaksi antar manusia
sebagai individu yang beranekaragam.
Dalam pasar global ada beberapa pandangan (perpektif). Pandangan
ini yang mempengaruhi keputusan-keputusan manajerial dari suatu perusahaan yang
sudah besar (berada di berbagai negara). Ada 3 pandangan yang mempengaruhi
keputusan-keputusan itu :
Etnocentric Attitude
Keyakinan dari kelompok parochialism bahwa
pendekatan dan teknik cara terbaik adalah berasal dari negara asal (home
country). Parochialism adalah pandangan yang melihat dunia hanya melalui
“kacamata” dan perspektif sendiri. Parochialism itu merupakan pandangan
menganggap cara kerja yang lain itu tidak baik. Misalnya : perusahaan A berada
di Jepang, maka metode kerja bagi anak perusahaan ini harus menggunakan metode
kerja Jepang. Dimanapun perusahaan itu didirikan.
Polycentric Attitude
Kalau pandangan ini, memberikan kebebasan bagi
perusahaan tuan rumah. Yang dimaksud adalah jika perusahaan itu didirikan di
Indonesia misalnya, maka teknik kerjanya disesuaikan dengan metode kerja
pekerja Indonesia. Keputusan-keputusan manajerial pun diambil oleh manajer setempat.
Pandangan ini mempercayai setiap manajer memiliki keputusan terbaik bagi anak
perusahaannya.
Geocentric Attitude
Secara sederhana, pandangan ini mengambil
keputusan terbaik dari jajaran manajerial, tidak peduli darimana asal manajer
tersebut. Seumpama ada perusahaan dari Inggris yang memiliki anak perusahaan di
banyak negara, maka metode kerja yang terbaik diambil dari usulan semua
manajer. Kemungkinan akan diterapkan di seluruh perusahaan. Intinya, tidak
peduli perusahaan utamanya dimana, keputusan terbaik dari yang terbaiklah yang
diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Management, Stephen P.
Robbins, dan Mary Coulter.
Jan
L. Tucker dalam Sriartha (2004:2)
National
Coucil for the Social Studies (NCSS) dalam Sriartha (2004:2)
American
Association of Colleges for Teacher Education dalam Sriartha
(2004:2)
Seriartha dkk,
(2004,4)
http://www.petra.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar