Kerangka kerja
konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai : “ a coherent system of interrelated objectives and fundamentals
that is expected to lead to consistent standards and that presecribes the
nature, function, and limits of financial accounting and reporting”.
Definisi FASB,
menyatakan bahwa kerangka konseptual akutansi adalah : suatu sistem yang
koheren; sub-sub sistemnya adalah (1) tujuan (objectives)dan (2)
Konsep fundamental yang saling terkait. Yang dimaksud tujuan adalah
konsep-konsep yang mendasari akutansi keuangan, yakni yang menuntun kepada
pemilihan trasaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Institut
Akuntan Indonesia pada bulan September 1994 memutuskan mengadopsi kerangka
konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC)
sebagai dasar penyusunan dan informasi keuangan di Indonesia. Sedangkan
Negara-negara Amerika dan Australia sudah memiliki kerangka konseptual sendiri.
1.
The role of A Conceptual Framework (Peran
Kerangka Konseptual)
Peran kerangka kerja konseptual dari tingkat akuntansi,
bertujuan untuk menyediakan struktur teori akuntansi.
Kerangka konseptual
dapat dipandang sebagai teori akutansi yang terstruktur (Belkaoui, 1993),
karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akutansi yang
didasarkan pada proses penalaran logis. Yang dapat digambarkan dalam bentuk
hierarki yang memiliki beberapa tingkatan yaitu :
·
Pada tingkat
tertinggi yang teoritis : Kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan tujuan
pelaporan keuangan.
·
Pada tingkatan
selanjutnya : Kerangka konseptual mengidentifikasi dan mendefinisikan
karakteristik kualitatif informasi keuangan (seperti relevansi, keandalan,
komparatif, dan dimengerti) dan elemen dasar akuntansi (seperti aktiva,
kewajiban, ekuitas, biaya pendapatan, dan keuntungan).
·
Pada tingkat
operasional yang lebih rendah : Kerangka konseptual berkaitan dengan
prinsip-prinsip dan aturan-aturan (Rules) tentang pengukuran dan pengakuan
elemen laporan keuangan dan tipe informasi yang perlu disajikan.
2.
Objectives of Conceptual Framework (Tujuan
Kerangka Konseptual)
Tujuan
kerangka konseptual adalah untuk memberikan pedoman
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum (General
purposes financial statements). IASB dan FASB mempertimbangkan
kerangka tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk mengkomunikasikan
informasi keuangan kepada pengguna. informasi tersebut akan dipilih salah satu
dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan ini
terlihat ingin dicapai akan pelaporan yaitu:
·
Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi
·
Berguna dalam menilai prospek arus kas
·
Tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap
sumber daya dan perubahan di dalamnya.
Kerangka IASB dikembangkan mengikuti jejak dari pembuat standar
AS, FASB, pada periode 1987-2000 FASB menerbitkan laporan konsep tujuh mencakup
topik-topik berikut:
a. Tujuan dari pelaporan
keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-profit
b. Karakteristik
kualitatif informasi akuntansi akuntansi yang berguna
c. Unsur-unsur laporan
keuangan
d. Kriteria untuk
pengakuan dan pengukuran unsur-unsur
e. Penggunaan arus kas
dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran akuntansi.
Tujuan
utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang :
1.
Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan
investasi oleh pihak yang ingin memahahi kegiatan ekonomik dan bisnis
perusahaan.
2.
Membantu kreditor dan investor yang ada atau
yang potensial, serta pemakai lain dalam menentukan jumlah, waktu dan
ketidakpastian aliran kas di masa yang akan dating.
3.
Mengenai sumber – sumber ekonomik, tuntutan
terhadap sumber ekonomik, dan perubahan di dalamnya.
Oleh karena itu tujuan laporan keuangan dapat di klasifikasikan
menjadi tiga bagian yaitu:
·
Tujuan secara luas
Adalah
menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai
lainnya untuk membuat keputusan
·
Tujuan secara
sempit
Adalah
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan kreditor, investor
untuk menaksirkan penerimaan kas dari investasi, pinjaman kepada perusahaan.
·
Tujuan yang
terakhir
Adalah
menyampaikan informasi yang bermanfaat untuk penentuan prospek aliran kas bagi
usaha perusahaan
Tujuan
yang dinyatakan dalam APB Statement No. 4 menjadi dasar untuk bentuk dan isi
laporan keuangan konvensional. Laporan Kelompok Studi
tentang Tujuan Laporan Keuangan
·
Wheat Committee
Bertugas
untuk memperbaiki proses penyusunan standar, dan komite ini melaporkan
hasil-hasilnya kepada FASB.
·
Trueblood Committee
Bertugas
untuk mengembangkan tujuan laporan keuangan dengan menentukan siapa user-nya,
informasi apa yang mereka butuhkan, seberapa banyak info yang dibutuhkan dapat
dipenuhi oleh akuntansi dan apa kerangka kerja yang diperlukan dalam
menyediakan kebutuhan akuntansi. Komite ini berhasil merumuskan 12 tujuan
laporan keuangan.
3.
Developing A Conceptual Framework
(Pengembangan Kerangka Konseptual)
Sifat Kerangka Konseptual
Kebutuhan akan pengembangan kerangka konseptual di dasarkan pada
beberapa alasan berikut yaitu:
1.
Bermanfaat; Penentuan standar akutansi harus
dikembangkan/ dibangun dan berkaitan dengan bangunan konsep dan tujuan yang
telah ditetapkan.
2.
Masalah – masalah praktik baru dan berisiko
tinggi terhadap perkembangan akutansi harus secara cepat di pecahkan, dengan
melihat kerangka dasar teori yang ada.
3.
Kerangka konseptual meningkatkan pemahaman
pemakai statement keuangan dan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
4.
Kerangka konseptual mendukung komprabilitas
statement keuangan perusahaan – perusahaan.
Pengembangan Kerangka Konseptual
Pengembangan Kerangka konseptual menggambarkan ruang lingkup
keseluruhan dari kerangka konseptual dan mencantumkan dokumen-dokumen yang
berhubungan dan diterbitkan sampai dengan tahun 1982 oleh FASB.
Pada tingkat pertama, tujuan menunjukan
sasaran dan maksud dari akutansi. Statement of Financial
Accounting Concepts No. 1 (Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises) menyajikan sasaran dan maksud dari akutansi untuk
perusahaan bisnis. Statement of Financial Accounting Concepts
No. 4 (Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations) menyajikan
sasaran dan maksud dari akutansi untuk organisasi-organisasi nonbisnis.
Pada Tingkat kedua, hal-hal yang
fundamental meliputi karakteristik kualitatif dari informasi akutansi (Statement of Financial Accounting Concepts No. 2)dan difinisi
dari elemen-elemen dalam laporan keuangan (Statement of Financial
Accounting No. 3) . Secara ringkas, lima Statement of Financial Accounting Concepts yang
dikeluarkan dan berhubungan dengan pelaporan keuangan untuk perusahaan bisnis
adalah :
SFAC No. 1, “Objectives of Financial
Reporting by Business Enterprises”, yang menyajikan sasaran dan
maksud dari akutansi.
SFAC No. 2, “Qualitative Characteristics of
Accounting Information”. Yang melihat
karakteristik-karakteristik yang membuat informasi akutansi berguna.
SFAC No. 3, “Elemen of Financial Statements
of Business Enterprises”, yang memberikan definisi mengenai
elemen-elemen dalam laporan keuangan, seperti aktiva, kewajiban, pendapatan,
dan beban.
SFAC No. 5, “Recognition and Measurement in
Financial Statements of Business Enterprises”, yang menetapkan
pengakuan dan kriteria pengukuran fundamental serta pedoman mengenai bagaimana
informasi sebaikanya secara formal dicantumkan dalam laporan keuangan.
SFAC No. 6, “Elements of Financial
Statements”, yang menggantikan SFAC No. 3 dan memperluas ruang
lingkupnya untuk ikut mencakup organisasi-organisasi nirlaba.
SPAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in
Accounting Measurements”, memberikan sebuah kerangka untuk menggunakan arus kas
dan menyajikan nilai-nilai sebagai basis pengukuran.
Pada
tingkat ketiga, pedoman operasional yang dipergunakan oleh akuntan dalam
menentukan dan menerapkan standar akutansi meliputi kriteria pengakuan, laporan
keuangan versus pelaporan keuangan dan pengukuran (Statement of Financial
Accounting Standards No. 33).
Pada
tingkat keempat, mekanisme penyajian yang digunakan oleh akutansi untuk
menyampaikan informasi akutansi meliputi pelaporan penghasilan, pelaporan arus
dana dan likuiditas, dan pelaporan posisi keuangan.
4. The objective of Financial
Statement (Tujuan Laporan Keuangan)
Tujuan laporan keuangan oleh perusahaan bisnis.
FASB memulai usahanya
dalam mengembangkan sebuah konstitusi bagia akutansi dan pelaporan keuangan
pada bulan November tahun 1978, ketiga FASB menerbitkan pedoman luas yang
bersifat perintah yang menyatakan tujuan dari pelaporan keuangan dalam Statment of Financial Accounting Concepts No. 1, Objectives of
Financial Reporting by Business.
Pelaporan keuangan tidak hanya membuat laporan keuangan namun
juga cara-cara lain dalam mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang diberikan oleh
sistem akutansi yaitu : informasi mengenai sumber daya, kewajiban, penghasilan
perusahaan, dan lain-lain. Tujuan Laporan
keuangan :
1.
Memberikan informasi yang berguna bagi para
calon investor dan kreditor maupun yang sudah ada dan para pengguna lainnya
dalam membuat investasi, kredit, dan keputusan-keputusan lain yang serupa
secara rasional.
2.
Memberikan informasi untuk membatu para calon
investor dan kreditor serta para pangguna lain yang sudah ada dalam menilai
jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan kas prospektif untuk deviden
atau bunga dan penerimaan dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya surat
berharga atau pinjaman.
3.
Memberikan informasi mengenai sumber daya
ekonomi dari perusahaan, klaim untuk sumber daya tersebut (kewajiban dari
perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas dan ekuitas pemilik
lainnya), serta dampak dari transaksi-transaksi, peristiwa, dan kejadian yang
megubah sumber daya dan klaim atas sumber daya tersebut.
4.
Memberikan informasi mengenai kinerja keuangan
perusahaan selama periode tersebut.
5.
Memberikan informasi mengenai bagaimana
perusahaan memperoleh dan menggunakan kasnya, mengenai pinjaman dan pembayaran
kembali pinjaman tersebut, mengenai transaksi-transaksi modalnya, termasuk
dividen kas dan distribusi sumber daya ekonomi lainnya kepada pemilik.
6.
Memberikan informasi mengenai bagaimana
manajemen dari sebuah perusahaan menggunakan tanggung jawab pengurusannya
kepada pemilik (pemegang saham) untuk penggunaan sumber daya perusahaan yang
dipercayakan kepadanya.
7.
Memberikan informasi yang berguna bagi para
manajer dan direktur dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan keinginan
dari pemilik.
Tujuan
pelaporan keuangan oleh organisasi-organisasi nonbisnis :
1.
Tidak memiliki indikator kinerja yang dapat
dibandingkan dengan laba pada perusahaan bisnis.
2.
Pada umumnya tidak menjadi subjek ujian dari
kompetisi dalam pasar.
Tiga
karakteristik utama yang membedakan organisasi-organisasi nonbisnis adalah :
1.
Sejumlah besar sumber daya diterima dari
penyedia sumber daya, yang tidak mengharapkan untuk menerima pembayaran kembali
ataupun keuntungan ekonomi yang proposional terhadap sumber daya yang telah
mereka berikan.
2.
Operasi bisnisnya terutama bergerak untuk
tujuan-tujuan selain penyediaan barang atau jasa yang mendapatkan laba atau
ekuivalen laba.
3.
Tidak ada saham kepemilikan yang pasti yang
dapat dijual, dialihkan, atau ditebus, atau yang akan menjadi hak atas bagian
dari distribusi nilai sisa dari sumber daya pada saat organisasi dilikuidasi.
Terdapat
empat kelompok yang khususnya berkepentingan dengan informasi yang disajikan
oleh pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis :
1.
Penyedia sumber daya : pemimjam, pemasok, karyawan,
pembayar pajak, anggota dan kontributor.
2.
Elemen penyusun yang menggunakan dan
memperoleh keuntungan dari jasa-jasa yang diberikan oleh organisasi.
3.
Badan-badan penyelenggara dan pengawas yang
bertanggung jawab untuk membuat kebijakan dan mengawasi serta menilai para
manajer dari organisasi nonbisnis.
4.
Manajer organisasi-organisasi nonbisnis.
Untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari pengguna-pengguna diatas, FASB mengeluarkan
draf eksposur yang memeberikan tujuan-tujuan berikut ini :
·
Informasi yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan mengenai alokasi sumber daya.
·
Informasi yang bermanfaat dalam menilai jasa
dan kemampuan untuk memberikan jasa
·
Informasi yang bermanfaat dalam menilai
kepengurusan dan kinerja manajemen
·
Informasi mengenai sumber daya ekonomi,
kewajiban, sumber daya bersih, dan pembebanan-pembenannya.
·
Kinerja organisasional : pelaporan keuangan
oleh organisasi nonbisnis hendaknya meberikan informasi mengenai kinerja
organisasi dalam periode tertnetu
·
Likuiditas : Pelaporan keuangan oleh organisasi
nonbisnis hendaknya memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi
nonbisnis memperoleh dan menggunakan dana kasnya, mengenai pinjaman dan
pembayaran kembali pinjaman tersebut, serta mengenai faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
·
Penjelasan dan interprestasi manajer :
pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis hendaknya mencakup penjelasan dan
interprestasi untuk membantu penyedia sumber daya dan pengguna-pengguna lain
memahami infromasi keuangan yang mereka terima.
5. Qualitative Characteristic of
Accounting Information (Karakteristik Kualitatif Informasi Akutansi)
1.
Kualitas Primer : Relevansi dan Reliabilitas
Relevansi Informasi
akutansi mampu untuk mempengaruhi keputusasn ekonomi pemakai dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan.
·
Predective value : membantu memuat prediksi
tentang hasil akhir dari masa lalu, kini dan masa depan
·
Feed-back value : menjustifikasi atau
mengoreksi harapan masa lalu.
·
Timeliness : harus tersedia sebelum informasi
tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan.
Reliabilitas
Jika bebas dari
pengertian menyesatkan, kesalahan menyesatkan, kesalahan material dan dapat
diandalkan untuk pengambilan keputusan. Keandalan suatu informasi tergantung
pada tingkat ketepatan penyajiannya atas suatu peristiwa.
Verifiability hasil yang serupa akan dihasilkan jika digunakan
metode pengukuran yang sama oleh pengukur-pengukur independen.
Representational Faithfulness : angka-angka dan penjelasan
mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi
Neutrality : informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan
kelompok tertentu, informasi tidak bias sehingga tidak mengarahkan penerima
informasi kepada hasil yang diinginkan atau mempengaruhi mode prilaku tertentu.
2.
Kualitas Sekunder
·
Komparabilitas : Pemakai harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasikan
kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative. Oleh karena
itu pengukuran penyajian dampak keuangan transaksi dan peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode
perusahaan yang sama dan periode yang berbeda .
·
Konsistensi : Mengaplikasikan
perlakuan akutansi yang sama untuk kejadian yang serupa setiap periode.
Perusahaan dapat mengganti satu metode ke metode lainnya asalkan dapat
menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada metode sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar